Hari ini kita diajak Lukas menyaksikan sebuah peristiwa dahsyat di tanah Gerasa. Kita bertemu seorang laki-laki yang hidupnya berada dalam cengkeraman kegelapan yang mengerikan. Namanya tak tercatat, tetapi keadaannya begitu jelas: dirasuki setan-setan. Sudah lama ia tidak berpakaian, tidak tinggal dalam rumah, melainkan berkeliaran di pekuburan. Inilah gambaran nyata dari kehidupan yang sepenuhnya dikuasai oleh kuasa jahat! Setan-setan itu mengendalikan tubuhnya, suaranya, perkataannya, seluruh keberadaannya. Sungguh pemandangan yang memilukan dan menakutkan.
Lihatlah betapa tak berdayanya manusia di hadapan kuasa ini. Ayat 29 menyatakan: untuk menjinakkannya, orang-orang mencoba merantai dan membelenggunya. Tapi sia-sia! Kuasa setan itu begitu kuat sehingga ia memutuskan segala pengikat itu. Ia dihantarkan ke tempat-tempat sunyi oleh roh jahat itu, dan tak seorang pun mampu melawan atau menahannya. Setan itu berusaha merampas kendali atas hidup manusia. Akibatnya, perilaku dan penampilan laki-laki itu pun menyerupai binatang buas. Inilah hakikat roh jahat: ia datang untuk mencuri, membunuh, dan membinasakan (Yohanes 10:10). Ia tak hanya menghancurkan hidup korbannya, tetapi juga meresahkan, mengganggu, dan merusak kehidupan komunitas di sekitarnya. Sungguh mengerikan!
Namun, kita patut bersyukur. Di tengah kegelapan itu, muncul Sang Terang Dunia. Ketika Yesus datang, terjadilah pertemuan yang menentukan. Lihatlah reaksi setan-setan itu! Mereka tersungkur di hadapan Yesus (ay. 28). Mereka diliputi ketakutan yang amat sangat – ata’u zameta’u! Mereka bukan saja tidak melawan, mereka justru memohon-mohon belas kasihan: “Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus Anak Allah Yang Mahatinggi? Aku memohon kepada-Mu, supaya Engkau jangan menyiksa aku” (ay. 28). Bahkan mereka memohon agar tidak diperintahkan masuk ke dalam jurang maut, tempat penyiksaan mereka (ay. 31). Bayangkan! Mereka disebut “legion” (ay. 30) – sebuah pasukan besar, dalam konteks militer Romawi bisa mencapai 6000 prajurit, dan bisa lebih besar lagi. Sebuah kekuatan yang mengerikan! Tapi di hadapan Yesus Anak Allah Yang Mahatinggi, kuasa legion itu tidak ada artinya, tak berdaya sama sekali!
Atas perintah Yesus yang penuh kuasa, tanpa perlawanan sedikit pun, setan-setan itu meninggalkan laki-laki malang itu (ay. 29). Mereka memasuki kawanan babi di dekat situ, dan seketika babi-babi itu tergesa-gesa terjun ke danau dan mati lemas (ay. 33). Peristiwa ini bukanlah fokus utamanya, tetapi ia menunjukkan sifat setan yang hakiki: penghancur. Di mana pun ia bercokol, entah pada manusia atau binatang, tujuannya hanya satu: membawa kehancuran dan malapetaka. Kuasa mereka hanya menghasilkan kematian.
Sekarang, lihatlah transformasi yang terjadi! Inilah kuasa Yesus yang membebaskan dan memulihkan! Sang laki-laki yang tadinya liar, telanjang, dan tinggal di kuburan, kini telah mengalami kesembuhan total, bahkan keselamatan (ay. 35-36). Perubahan itu nyata: “ia telah berpakaian dan sudah waras” – “no monukha, no döhö wa’owöhö”. Suaranya tenang, perilakunya terkendali, pikirannya jernih. Kemanusiawiannya yang hilang telah dipulihkan sepenuhnya! Ketika Yesus menyuruhnya pulang dan bersaksi (bukannya ikut dalam rombongan-Nya), ia pun taat. Ia menjadi saksi hidup yang penuh sukacita: “Orang itupun pergi mengelilingi seluruh kota dan memberitahukan segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya” (ay. 39). Sungguh perubahan yang luar biasa! Dari “budak setan” yang ditakuti dan diasingkan, menjadi “saksi Kristus” yang memberitakan pembebasan. Ia adalah bukti nyata bahwa kuasa Yesus jauh melampaui segala kuasa kegelapan.
Lalu, bagaimana tanggapan orang-orang di sekitar? Menarik dan menggelisahkan. Dua kali dikatakan “mereka sangat takut” (ay. 35, 37). Ketakutan mereka begitu besar hingga mereka justru menyuruh Yesus pergi dari daerah mereka (ay. 37). Mengapa? Mungkin karena kerugian ekonomi – babi-babi mereka binasa sebagai “tumbal” pembebasan? Mungkin karena ketidakpercayaan – sulit menerima kenyataan bahwa orang gila itu benar-benar sembuh dan Sang Penyembuh ada di depan mata? Atau mungkin karena prasangka teologis – mengira Yesus menggunakan kuasa Beelzebul, penghulu setan, untuk mengusir setan (bandingkan Markus 3:22)? Kita tidak tahu pasti. Yang jelas, perjumpaan dengan Yesus dan kuasa-Nya yang dahsyat bisa memicu berbagai reaksi: ada yang bersyukur dan bersukacita seperti laki-laki yang disembuhkan, tetapi ada juga yang ketakutan dan menolak seperti penduduk Gerasa.
Pesan dari perikop ini sangat relevan bagi kita hari ini. Roh jahat, setan, atau apa pun sebutannya, dengan segala bentuk dan perwujudannya, tidak pernah berhenti berusaha menguasai hidup manusia. Mereka sangat cerdik! Mereka telah bermetamorfosis! Kadang mereka masih menggunakan cara lama yang kasat mata – merasuki dan merusak secara langsung. Tetapi seringkali, zaman sekarang, mereka muncul dengan “penampilan baru” yang lebih halus, lebih “santun”, bahkan menyamar di tengah kegiatan beragama. Ada yang mengatakan: ini demi BNKP, demi kemuliaan nama Tuhan, tetapi dengan cara-cara yang tidak benar, dengan memanfaatkan dan memuji orang-orang yang kehidupannya sangat jauh dari nilai-nilai kebenaran, bersekongkol dengan orang-orang yang melakukan kejahatan/korupsi, dengan pura-pura tidak tahu kalau jemaat sedang berada dalam kesulitan ekonomi ... dan semua ditutupi dengan amat halus: demi BNKP, demi gereja Tuhan, demi kemuliaan Tuhan. Walaupun tahu salah, tetapi demi BNKP, demi gereja Tuhan, demi kemuliaan Tuhan, tidak apa-apalah. Walaupun tidak etis, tetapi demi BNKP, demi gereja Tuhan, demi kemuliaan Tuhan, tidak masalah. Inilah contoh pekerjaan setan yang seringkali tidak kita sadari, atau mungkin kita pura-pura tidak tahu. Benarkah demi BNKP? Benarkah demi gereja Tuhan? Benarkah demi kemuliaan Tuhan? Jangan-jangan kita sedang mencari kemuliaan diri sendiri dengan bersembunyi di balik urusan gerejawi! Jangan-jangan kita sedang memperjuangkan kesenangan dan kenyamanan kita sendiri dengan mengatasnamakan kepentingan gereja!
Mereka menyusup ke segala bidang kehidupan:
Melalui keangkuhan dan keserakahan yang menggerogoti jiwa.
Melalui kecanduan (narkoba, pornografi, judi, gadget) yang membelenggu pikiran dan kehendak.
Melalui kepahitan, dendam, dan kebencian yang meracuni relasi.
Melalui materialisme yang menjadikan harta sebagai berhala.
Bahkan melalui kehidupan bergereja yang formalistis, di mana orang datang, beribadah, bahkan mungkin “memuji Tuhan” seperti yang dilakukan setan itu sendiri (ay. 28: “Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus Anak Allah Yang Mahatinggi?”), tetapi hati jauh dari Tuhan, dan hidup tidak berubah.
Daya rusaknya lebih parah dan lebih licik! Mereka seperti virus HIV rohani – menyusup diam-diam, menggerogoti sendi-sendi kehidupan kita secara perlahan: iman, pengharapan, kasih, integritas, relasi keluarga. Tanpa kita sadari, hidup kita mulai kehilangan damai sejahtera, sukacita, dan kekuatan. Tanpa kita sadari, kita menjadi mudah marah, putus asa, egois, atau dingin secara rohani. Tanpa kita sadari, kita bahkan bisa menjadi alat untuk mengganggu atau merusak kehidupan orang lain. Dan jika dibiarkan, perlahan-lahan kita bisa kehilangan kendali, menjadi tidak berdaya, dan akhirnya mengalami kehancuran rohani. Sungguh mengerikan!
Tapi, dengarlah Kabar Baiknya! Kabar Besar hari ini! Di tengah kengerian dan tipu daya roh jahat yang bermetamorfosis itu, Yesu Kristus, Anak Allah Yang Mahatinggi, tetap berkuasa! Kuasa-Nya untuk menaklukkan roh jahat tidak berkurang sedikit pun! Dia yang mengalahkan “legion” di Gerasa, sanggup dan rindu membebaskan kita dari segala bentuk ikatan dan perusakan roh jahat, baik yang kasar maupun yang halus. Kuasa-Nya adalah kuasa pembebasan dan pemulihan!
Bagaimana kita mengalami kuasa pembebasan dan kemenangan ini? Jawabannya sama seperti laki-laki di Gerasa: Kita harus “berjumpa” dengan Yesus secara pribadi! Perjumpaan yang sejati dengan Sang Juruselamat akan mendatangkan pembebasan dan keselamatan. Bagaimana caranya?
Sadari dan Akui: Mengakui keberadaan kuasa jahat dan pengaruhnya yang mungkin halus dalam hidup kita. Mengakui bahwa kita membutuhkan pertolongan.
Datang pada Yesus dengan Iman: Datanglah kepada-Nya dalam doa, penyembahan, dan penyerahan diri yang tulus. Akui Dia sebagai Tuhan dan satu-satunya yang berkuasa atas hidupmu. Seperti setan-setan itu takluk, kuasa apa pun dalam hidupmu harus takluk pada nama Yesus!
Berseru Meminta Pembebasan: Mintalah dengan iman agar kuasa Yesus membebaskanmu dari segala ikatan, kecanduan, kepahitan, atau pola pikir yang merusak yang menjadi “wujud” roh jahat zaman sekarang dalam hidupmu.
Terima dan Alami Pemulihan: Percayalah bahwa Dia sanggup memulihkan, menyembuhkan, dan mengembalikan “kewarasan” rohanimu – “no monukha, no döhö wa’owöhö”.
Jadilah Saksi: Setelah mengalami pembebasan dan pemulihan, jangan diam! Seperti perintah Yesus kepada laki-laki itu: “Pulanglah ke rumahmu dan ceriterakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah atasmu” (ay. 39a). Ceritakanlah kebaikan Tuhan! Ceritakanlah kuasa-Nya yang menyelamatkan! Jadilah saksi hidup tentang kuasa Kristus yang menaklukkan roh jahat dan mengubah hidup. Kesaksianmu sangat berharga bagi keluargamu, tetanggamu, dan dunia di sekitarmu.
Mungkin kita tidak dirasuki setan secara fisik seperti laki-laki Gerasa, tetapi kita semua rentan terhadap perusakan roh jahat yang bermetamorfosis di zaman ini. Namun, jangan takut! Hari ini kita diingatkan: Kuasa Yesus lebih besar! Dia sanggup menaklukkan roh jahat mana pun, dalam bentuk apa pun. Dia rindu membebaskan, memulihkan, dan memakai kita menjadi saksi-saksi-Nya.
Mari kita datang pada Yesus sekarang juga! Serahkan hidup kita sepenuhnya kepada-Nya. Mintalah pembebasan dari segala bentuk ikatan dan pengaruh jahat. Alami pemulihan-Nya. Dan kemudian, beranilah menjadi saksi, memberitakan kepada dunia: “Lihatlah apa yang telah diperbuat Yesus bagiku! Dia membebaskanku! Dia menyelamatkanku! Kuasa-Nya lebih besar dari kuasa apa pun!”
Biarlah perjumpaan kita dengan Yesu Kristus hari ini menghasilkan pembebasan, pemulihan, dan kesaksian yang mengubah hidup kita dan memuliakan nama-Nya. Amin.