Bahan Penelaahan Alkitab (PA), Minggu ke-3 November 2024
Disiapkan oleh: Pdt. Alokasih Gulo
6 Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkaulah yang akan memimpin bangsa ini memiliki negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka untuk diberikan kepada mereka.
7 Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke manapun engkau pergi.
8 Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.
9 Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi.
Keteguhan Hati Menghadapi Masa-masa Sulit dan Orang-orang Sulit
Suksesi kepemimpinan di Israel terjadi sepeninggal Musa. Yosua menerima mandat untuk melanjutkan kepemimpinan. Namun, tampaknya Yosua “kecut dan tawar hati” menerima mandat itu, hal ini terlihat jelas pada kata-kata TUHAN di ayat 9b “Janganlah kecut dan tawar hati …” Yosua ragu-ragu, bimbang, dan tidak percaya diri memimpin bangsa itu, sehingga TUHAN perlu menguatkan dan meneguhkan hatinya. Mengapa Yosua kecut dan tawar hati? Mengapa dia ragu, bimbang, dan tidak percaya diri memimpin bangsa Israel? Bukankah seharusnya dia bangga karena diberi mandat menjadi pemimpin (seperti sekarang ini orang-orang lagi berburu kekuasaan)?
Yosua sadar bahwa bangsa yang akan dia pimpin adalah bangsa besar, umat pilihan TUHAN, sehingga tanggung jawabnya amat besar dan berat. Yosua juga tahu bagaimana watak bangsa Israel; mereka adalah bangsa yang keras kepala, susah diatur, sulit dipimpin, walaupun mereka umat pilihan TUHAN. Musa yang sudah senior dan berpengalaman saja seringkali kelabakan memimpin mereka, apalagi Yosua yang baru diangkat menjadi pemimpin, wah … berat. Yosua juga tahu betul bahwa dia akan memimpin bangsa itu memasuki tanah perjanjian, tanah Kanaan, yang sebenarnya masih ada penduduknya, dan orang-orangnya tidak mudah ditaklukkan.
Jadi, memimpin bangsa Israel menuju tanah Kanaan merupakan tugas yang amat berat, dan Yosua menyadari bahwa dirinya belumlah siap untuk itu, sehingga dia pun kecut dan tawar hati. Namun, TUHAN tahu pergumulan Yosua, sehingga Dia meyakinkan dan memberi jaminan kepada Yosua bahwa dia akan berhasil karena TUHAN sendiri yang menyertai kepemimpinannya dan perjalanan bangsa itu menuju tanah Kanaan. Maka, dalam teks ini, TUHAN menyampaikan kata-kata “kuatkan dan teguhkanlah hatimu” sebanyak tiga kali (ay. 6, 7, 9).
Kunci Kekuatan dan Keteguhan Hati: Penyertaan Tuhan
Pada ayat 5 dikatakan: “… seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai Engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau”. Dipertegas lagi pada ayat 9, “…sebab Tuhan, Allahmu, menyertai engkau ke mana pun engkau pergi.” Berdasarkan jaminan Tuhan inilah kita memahami apa yang dikatakan dalam ayat 6: “kuatkan dan teguhkanlah hatimu.” Yosua dapat menjadi kuat dan teguh “karena” penyertaan Tuhan, karena Tuhan tidak akan meninggalkan Yosua dan umat-Nya. Dengan kata-kata ini Yosua diharapkan untuk tidak lagi kecut dan tawar hati seperti disebutkan di ayat 9, untuk tidak lagi ragu, tidak bimbang, dan tidak percaya diri. Kuatkan dan teguhkanlah hatimu menjalani kehidupan, melaksanakan tugas dan tanggung jawabmu, sebab TUHAN pasti menyertai.
Kata-kata “kuatkan dan teguhkanlah hatimu” disebutkan sampai tiga kali (ayat 6, 7 dan 9). Pengulangan ini kita maknai sebagai sesuatu yang sangat penting dan menentukan. Hati yang kuat dan teguh sangat dibutuhkan, sebab tugas Yosua tidak mudah. Perjalanan penuh tantangan. Umat yang dipimpin pun terkadang gampang bersungut-sungut bahkan dikenal tegar tengkuk. Di tengah mereka ada orang-orang sulit. Tanpa kekuatan dan keteguhan hati, seorang pemimpin dalam situasi seperti itu, akan mudah menjadi frustrasi atau putus asa.
Dalam kaitan dengan hati yang kuat dan teguh itu ada tiga hal penting yang perlu dihidupi oleh Yosua:
(1) Memperkatakan dan merenungkan kitab Taurat (ayat 8). Kitab Taurat adalah pemberian Allah. Dan segala pemberian Allah pastilah yang baik. Allah menghendaki manusia hidup dalam keteraturan, hidup dalam harmoni dengan Allah, sesama manusia dan alam ciptaan Tuhan. Segala keputusan yang dia ambil, harus berdasar pada Taurat Tuhan.
(2) Bertindak hati-hati (disebutkan dua kali, ayat 7 dan 8). Hati yang kuat dan teguh pasti hati-hati, tidak ceroboh dan bertindak bodoh. Ciri hati yang terus terpaut dengan Tuhan adalah hati-hati, terutama dalam pengambilan keputusan yang selalu membawa kebaikan bagi umat Tuhan, bukan keputusan yang diambil dalam keputusasaan.
Apabila Yosua melakukan kedua hal di atas, dan oleh karena penyertaan TUHAN tentunya, maka perjalanannya akan berhasil dan beruntung (juga disebut dua kali, ayat 7 dan 8). Hasil yang baik adalah perpaduan penyertaan Tuhan dan sambutan manusia dengan menjalani hidup seturut kehendak-Nya. Hidup kita ini memang anugerah Tuhan, kita percaya bahwa Dia pasti menyertai, tetapi harus juga ada respons yang baik dari kita untuk menyambut anugerah Allah itu.
Tuhan, Yosua dan Kita
Hidup kita masih dalam perjalanan. Dalam perjalanan itu kita bisa saja menghadapi berbagai tantangan, bukan saja dari luar, tetapi juga dari teman seperjalanan. Tetapi syukur kepada Tuhan, penyertaan-Nya tidak pernah berakhir. Begitu pentingnya penyertaan Tuhan itu, sehingga Yesus pun menegaskan sebagaimana dalam Matius 28:20 “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Ba hiza, fao khömi ndraʼo, ero maʼökhö, irugi gamozua götö danö andrö). Tuhan yang menyatakan penyertaan-Nya kepada Yosua dan umat Israel, dan Tuhan yang menjamin penyertaan-Nya kepada murid-murid-Nya dahulu kala adalah Tuhan yang sama yang tetap menyertai perjalanan hidup kita sekarang ini.
Kesadaran dan iman seperti ini amat menentukan suasana hati dan gerak hidup kita hari-hari ini dalam berbagai tantangan kehidupan yang kita hadapi. Dunia ini, dengan segala hiruk pikuknya, bisa memberi 1000 alasan kepada kita untuk kecut hati bahkan meratap, tetapi ada 1 alasan kita untuk tetap teguh dan sukacita, dan satu alasan ini lebih kuat dari 1000 alasan dunia ini, yaitu: “penyertaan Tuhan.” Dalam penyertaan Tuhan inilah kita jalani hidup sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya berhadapan dengan tantangan perjalanan hidup dan berjalan bersama dengan orang-orang yang Tuhan tempatkan bersama-sama dengan kita.
Hati yang kuat dan teguh mampu menghadapi berbagai tantangan zaman karena mengandalkan penyertaan Tuhan. Orang yang seperti itu antara lain:
· Tidak dikendalikan situasi, tetapi mengendalikan situasi;
· Tidak dikendalikan gadget, tetapi mengendalikan gadget;
· Tidak “digarami” dunia, tetapi menggarami dunia;
· Peka melihat tanda-tanda kerajaan Allah dalam situasi sepahit apa pun, seperti: masih banyaknya orang yang berpikir jernih dan berjuang untuk kebaikan, adanya kesempatan untuk melakukan berbagai kebaikan, tersedianya penopang kehidupan dan sebagainya.
Tuhan menyertai kita semua. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar